latest Post

Dilema Memilih Jurusan Kuliah



Sumber: Pinterest

Tahun 2014 lalu tepat di Bulan Ramadhan, sebuah pintu gerbang terbuka hingga akhirnya aku berhasil menjadi mahasiswa Universitas Brawijaya. Gerbang yang terbuka karena aku berhasil menakhlukkan ujian SBMPTN yang tidak mudah. Perjalanan ini aku awali dengan tidak lolosnya aku di SNMPTN. Waktu SNMPTN aku memilih Teknik Industri ITS, Teknik Kimia ITS, dan Teknik Kimia UNDIP. Entah apa yang ada di pikiranku saat itu, semua jurusan yang aku ambil adalah jurusan teknik. Urutan jurusan kuliah yang aku pilih juga tidak berdasar pada akreditasi yang sering diperdebatkan kawan-kawanku, tentang mana yang lebih unggul ditaruh pada pilihan pertama. Tapi urutan itu berdasaran kemauanku, berdasarkan impianku, berdasarkan apa yang ingin aku dapatkan.

Memilih jurusan kuliah bukan perkara mudah bagiku waktu itu. Aku mengikuti bimbingan konseling di sekolah, guru-guru BK tidak ada yang setuju dengan pilihanku. Bahkan aku sampai mengikuti bimbingan konseling dadakan disalah satu bimbingan belajar, dan mereka meghitung nilaiku selama SMA dengan bobot skor jurusan-jurusan di universitas seluruh Indonesia. Akhirnya muncul tiga jurusan yang lagi-lagi bukan keinginanku. Arrrgghhh!! Apakah aku harus menyerahkan impianku pada perhitungan rumus apalah itu?
 
Kemudian aku pulang ke rumah, karena kebetulan waktu SMA aku sudah ngekost. Sampai dirumah aku mengikuti bimbingan konseling dengan guru terbaik sepanjang masa. BAPAK. Aku menceritakan semuanya, tentang impianku, tentang nilaiku, tentang hasil konseling dengan pihak-pihak yang aku sebutkan diatas, dan juga hasil diskusi dengan kawan-kawanku. Seperti ini jawaban bapak, sambil membuka telapak tangan kirinya:


“Nduk, impianmu itu seperti di pucuk jari tengah, lebih tinggi dibanding jari yang lain. Sudah ikuti saja jika itu memang impianmu, jika itu memang maumu. Andaikan suatu saat nanti kamu gagal, kamu tidak akan kecewa. Tinggal turunkan saja impianmu ke pucuk jari manis, jika gagal lagi turunkan ke pucuk jari telunjuk, hingga pilihan terakhir di pucuk jari kelingking, jari paling kecil dibanding jari yang lain.”


Jawaban bapak menggempur semua keraguanku. Ah bapak hafal betul dengan sifat keras kepala anaknya yang teramat sangat. Akhirnya aku submit juga tiga jurusan di dua universitas yang telah aku sebutkan di paragraf pertama, tanpa perasaan ragu sedikitpun. Pengumuman keluar, dan Alhamdulillah AKU GAGAL. Tapi aku bangga, aku telah memperjuangkan impianku.


Jadi pada intinya, apapun impianmu, apapun keinginanmu, coba dulu, jangan takut gagal. Kegagalan SNMPTN tidak akan menghancurkan hidupmu. Setidaknya ketika kamu telah mencoba, bukan mundur sebelum berperang, kamu tidak akan pernah menyesal di kemudian hari dengan pertanyaan “Kenapa dulu aku nggak nyoba ambil jurusan X, siapa tau kan aku bisa lolos?”


Selanjutnya perjuangan menakhlukkan ujian SBMPTN dan akhirnya bisa diterima di Universitas Brawijaya akan di post lain waktu. :)




Salam hangat,
 Rika Yesi

About rikayesi.blogspot.com

rikayesi.blogspot.com
Recommended Posts × +

0 comments:

Post a Comment